Ketika Adrenalin Mengalir Deras di Kuala Paret

Seorang bapak memancing di derasnya Kuala Paret
Rencana yang mendadak memang lebih sering tunai. Dibandingkan perencanaan yang jauh-jauh hari tapi akhirnya hanya harapan kosong. Siang itu, masih pukul 10. Setelah kecewa dengan kondisi Pantai Sarung di Kampung Durian. Saya bersama partner in crime (Acai, Rendy dan Alfandi) pun sepakat untuk menuju Kuala Paret. Sebuah objek wisata di Aceh Tamiang yang ramai diperbincangkan di dunia maya akhir-akhir ini. 

Kalau mendengar cerita serta melihat fotonya, tempat ini terkesan menarik. Selain itu, ada pula cerita tempat ini cukup berbahaya. Sebab ada beberapa orang yang meninggal dunia di sana. Tapi kami, anak-anak Kampung Durian yang "liat akalnya" ini, ingin menyaksikan tempat itu secara langsung.

Satu-satunya informasi yang saya tahu tentang Kuala Paret adalah, posisinya di Desa Kaloi Kec. Pulau Tiga. Selain itu, semua informasi tentangnya nyaris gelap. Pukul 11 kami bergerak dari Kuala Simpang. Hari itu cuaca tampak cerah, saya pun optimis semua akan menjadi hal yang menyenangkan.

Dari Kuala Simpang, kami bergerak menuju Simpang Tiga Semadam. Di sana, kami berhenti sejenak di SPBU untuk mengisi penuh tangki sepeda motor. Sebab, setelah tempat ini tidak akan ada lagi SPBU. Dari Simpang Semadam perjalanan dilanjutkan menuju Pulau Tiga, yang jaraknya sekitar 19 KM.

Rendy berboncengan dengan adiknya, Al. Sementara saya bersama Acai, anak muda yang tergila-gila dengan siapapun lelaki yang berjambang. Sebenarnya, kami semua memiliki silsilah keluarga yang dekat dan pada kenyataan itu, saya adalah orang yang dituakan. Maka praktis, dalam perjalanan ini saya didaulat menjadi pemimpin rombongan.
Acai, pose dulu. Cekerekkk!
Kami tiba di Pulau Tiga menjelang siang, lalu bertanya kepada penduduk setempat di mana lokasi Kuala Paret. Lucunya, beberapa orang yang kami tanya justru tidak tahu tempat tersebut? Nah loh, perjalanan sudah sejauh ini tapi tempat yang dituju ternyata tidak jelas.

“Udahlah, mandi ke Simpang Kiri aja kita,” Acai mulai pesimis.

Lalu dalam kebingungan itu,  melintaslah rombongan ABG yang lucu-lucu. Ternyata mereka juga ingin menuju Kuala Paret. “ya udah bang ikut kami aja,” ucap salah seorang dari mereka. Saya, Rendy dan Acai saling berpandangan. Kami pun sumringah.

Kami pun mengikuti muda-mudi ini dari belakang. Setelah ditelusuri, ternyata Kuala paret letaknya di Desa Kaloi Kec Tamiang Hulu. Lokasinya masih berada di kawasan perkebunan PT. Ampli. Jalan menuju kemari memang butuh perjuangan. Setelah keluar dari perkampungan penduduk, kami pun memasuki kawasan perkebunan sawit.
Sejauh mata memandang yang ada hanya perkebunan sawit
Tempat ini nyaris sepi. Kondisi jalannya berbatu dengan lebar hanya sekitar dua meter. Perjalanan semakin menantang, karena kami harus naik turun bukit yang cukup terjal. Berkali-kali Acai harus turun dari sepeda motor, karena mesin motor tak sanggup mengangkut dua anak manusia sekaligus ke atas bukit. Bagi jiwa petualang hal seperti ini tentu sangat menantang. Kondisi jalan yang demikian benar-benar sangat menguji adrenalin.

Namun di sinilah menariknya, karena saat kami sampai di puncak bukit, kami bisa melihat hutan serta areal perkebunan yang sangat luas. Lalu sebuah garis indah meliuk-liuk di antara areal perkebunan itu. Seperti kalung mutiara yang dibiarkan begitu saja. Saat itulah kami baru menyadari bahwa garis indah itu adalah aliran sungai dari Kuala Paret.

Setelah meliuk-liuk di antara perkebunan sawit. Akhirnya kami sampai di tempat yang dicari-cari. Dari atas bukit, suara deru air Kuala Paret yang deras mulai terdengar. Karena Posisinya berada di bawah tebing. Maka kami harus menuruni tebing sambil memegangi akar-akar pohon. Benar-benar sebuah petualangan. Oh ya, untuk masuk kemari kami hanya perlu membayar Rp. 5000 untuk biaya parkir. Harga yang pantas untuk tempat semenarik ini.
Dan, beginilah Kuala Paret. Ada ngeri? :D
Sampai di tempat ini saya benar-benar terkecoh. Kuala Paret, yang bagi siapapun mendengarnya memang kesannya kurang menarik. Tapi begitu tiba di sini, semua anggapan itu menguap dan berubah menjadi kekaguman.
Gilee, ajib bener..,” Rendy terpesona.

Ya, tempat ini benar-benar menyuguhkan pesona alam yang menawan. Karena ternyata Kuala Paret adalah sebuah cekungan sungai yang dialiri air yang deras dan cantik. Airnya berwarna agak kehijuan dan jernih. Indah sekali.
kuala paret
Kuala Paret mengalir dengan derasnya. Brr...

kuala paret
Nah, ini spot yang tepat untuk berendam :D
Belum lagi pemandangan batu-batu besar yang terbelah lalu menjadi aliran sungai. Dari celah-celah batu itu, mengalir dengan derasnya air sungai yang berwarna kehijauan. Jujur. Sesampai di sini, kami terdiam memandangi keindahan Kuala Paret. Seperti orang kampung yang baru saja tiba di kota, terpesona.

Pemandangan demikian benar-benar menggoda kami untuk mandi. Kami pun ganti pakaian. Dari tampilan  pemudik, berubah seketika menjadi perenang SEA Games. Namun kami tidak punya cukup keberanian untuk melompat ke dalam arus Kuala Paret yang deras. Terlalu muda untuk mati konyol. Akhirnya, kami hanya mandi di aliran yang tidak begitu deras.
kuala paret
Sebagian ada juga yang nekat nyemplung 
Brussshh…,” Begitu tubuh saya masuk ke dalam air. Saat itu rasanya segar sekali. Airnya yang sejuk serasa menggigit tubuh. Brrr…  Saking segarnya, saya sendiri berulang kali meneguk air sungai ini. Segala keletihan selama perjalanan, menguap begitu saja. Seperti orang yang baru saja berbuka puasa, tubuh kami mendadak segar kembali.

Tempat ini memang belum ramai dikunjungi orang. Mungkin karena tempatnya yang sangat jauh dan jalannya juga sangat menantang. Suasana alam di sini terasa begitu alami. Tebing-tebing yang tinggi memagari aliran sungai ini, sementara di sisi seberangnya adalah rimbunan hutan yang masih alami. Benar-benar lokasi wisata yang tepat bagi siapapun yang ingin relaksasi.
kuala paret
Tempat yang tepat untuk relaksasi

Hampir dua jam kami mandi di tempat ini. Kalau tak ingat bahwa hari sudah menjelang senja, mungkin kami bisa seharian berendam di sungai cantik ini. Inilah Kuala Paret, objek wisata baru nun jauh di Tamiang Hulu. Sebagai orang asli Aceh Tamiang, saya merasa sangat bersyukur karena memiliki objek wisata seindah ini. Diam-diam saya pun berdoa, semoga tempat ini terus terjaga kelestariannya. Ah, Kuala Paret...


kuala paret
Pulang dengan berat hati :)) 





Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

2 comments:

  1. Keren tempatnya, Bang. Tapi agak jauh juga untuk ke sana ya. Apalagi untuk pemalas jalan-jalan seperti Aini. Beuh.. Terasa berat banget untuk ke sana.
    Meski lihat pemandangan dari foto memang tidak cukup puas. Sometimes, semoga Aini juga sempat ke sana juga.

    BalasHapus