Mereka yang Memilih Orang Tua sebagai Inspirasi Hidupnya

 Dr. Taufik Saidi, Ketua Lab Terpadu Unsyiah menceritakan kisah hidupnya

Sejak Januari 2017 ini saya diamanahkan untuk mengurusi rubrik Profil pada Majalah Warta Unsyiah. Awalnya saya sempat enggan, karena rubrik ini prosesnya lebih sulit dari rubrik yang lain. Kita harus mewawancarai orang, mencari sisi unik dari dirinya, lalu menstranskrip hasil wawancara (bagian paling malas yang harus saya lewati 😃). Selanjutnya, tentu saja saya harus menuliskan hasil wawancara tersebut dalam narasi yang menarik.
Sebenarnya, alasan paling kuat yang membuat saya bersedia untuk menulis rubrik ini adalah, karena kerinduan saya saat menjadi wartawan Majalah Tarbawi beberapa tahun silam. Saat itu saya ditugaskan untuk mengurusi rubrik Liqoat dan Dzikroyat. Dua rubrik ini mengharuskan saya untuk menggali informasi yang dalam terhadap seseorang. Mereka adalah orang yang dipilih karena memiliki sisi hidup yang inspiratif.
Mewawancari Chef Haryo Pramoe, saat menjadi Reporter Majalah Tarbawi
Jujur, saat itu saya senang sekali mengemban amanah ini. Karena saya punya kesempatan untuk bertemu orang-orang yang menarik. Mereka memang bukan orang besar, tapi yang pasti mereka adalah orang-orang yang berjiwa besar. Seperti seorang relawan yang memberdayakan para tuna rungu, seorang guru besar yang tetap menjaga prinsip hidupnya, seorang montir yang ikhlas dibayar berapa saja karena niat awalnya hanya ingin menolong orang.

Bertemu dengan mereka, selalu membesarkan hati saya. Karena secara tak langsung, cerita hidup mereka turut mengajarkan banyak hal dalam diri saya. Maka, saya pun bersedia saat ditunjuk untuk menulis rubrik profil di Majalah Warta Unsyiah. Alasannya, saya bisa berlatih kembali teknik wawancara yang sempat hilang dan sekaligus bisa bertemu dengan orang-orang yang inspiratif.

Nah, siang tadi adalah kesekian kalinya saya mewawancarai seseorang yang akan mengisi rubrik profil di Majalah Warta Unsyiah. Ada satu pertanyaan yang selalu saya masukkan dalam list wawancara yaitu siapa sosok yang paling menginspirasi hidup anda?

Bagi saya, pertanyaan ini penting. Karena saya ingin tahu siapakah sosok yang mampu menggerakkan semangat hidupnya. Namun pertanyaan ini, entah mengapa, setiap kali ditanyakan saya selalu mendapatkan jawaban yang sama. Bahwa sosok yang paling menginspirasi hidupnya adalah orang tua.

Seperti siang tadi, saya mewawancarai Revira Sari, atlet Kempo yang berprestasi di kampus ini. Vira pun tak kuasa menahan air matanya saat mengatakan bahwa sosok yang paling menginspirasi hidupnya adalah Ibunya. Biasanya, kalau sudah begini lawan bicara saya akan terdiam sejenak. Menyeka air matanya. Dengan suara terbata-bata ia berusaha menceritakan alasannya. Mengapa orang tua begitu bearti dalam hidupnya.

“Ibu itu orangnya gigih. Pukul 3 pagi Ibu sudah bangun untuk bersiap-siap jualan sayur di pasar,” ujar Vira dengan mata yang berkaca-kaca.

Begitulah, menceritakan orang tua memang selalu mengharukan. Sebab kita terikat secara emosional dengan mereka. Namun, sejauh apa kita menjadikan orang tua sebagai inspirasi hidup kita? Memegang teguh setiap nasihatnya dalam keseharian kita? Adalah pertanyaan lain yang harus kita jawab dengan penuh kesadaran.

Maka beruntunglah orang-orang yang mampu menjadikan orang tuanya sebagai inspirasi hidup. Sebab mereka adalah orang yang terus berupaya menjaga kesinambungan cintanya dengan orang terkasih itu.

Menjadikan orang tua sebagai sumber keteladanan, bukanlah pilihan yang keliru. Meskipun agama ini jelas mengajarkan, bahwa keteladanan hidup yang utama itu adalah Nabi Muhammad Saw. Ialah sumber inspirasi hidup yang tiada henti. Sebagai muslim jelas kita tidak mengabaikan tuntunan ini.
Hanya saja, menjadikan orang tua sebagai inspirasi hidup, sebenarnya lebih pada panggilan nurani kita sebagai anak. Sebab kita menjadi saksi hidup betapa totalitasnya mereka mencintai kita.

Maka menempatkan orang tua sebagai inspirasi hidup, bukan karena kita kehilangan sumber keteladanan, tapi sebagai bentuk bakti kita sekaligus ketersambungan cinta kita kepada mereka. Seperti orang-orang yang saya wawancarai ini, mereka tanpa ragu mengatakan orang tualah sumber energi mereka. Sosok yang cukup berpengaruh dalam ikhtiar mereka menuju kesuksesan.

Buktinya, mereka mampu mengingat setiap nasihat orang tuanya secara detail. Kapan nasihat itu disampaikan? Seperti apa rupa kalimatnya? Semuanya terekam baik dalam benak mereka. Seperti yang diucapkan Yulianti Elisabet Demena, seoarang mahasiswi Unsyiah asal Papua. Saya mewawancarainya pada awal April lalu. Yulianti, ingat betul nasihat Papanya sebelum ia berangkat ke Aceh.

“Papa bilang begini, kamu kuliahnya sampai berhasil ya nak, kamu harus bawa pulang ijazah,” ujar Yulianti menirukan ucapan Papanya. Nasihat itulah yang menjadi penguat Yulianti jika ia mulai tak bersemangat.
Yulianti menceritakan orang tuanya dengan penuh keharuan
Kalau sudah mendengar kalimat begini, saya pun secara tak sadar larut dalam suasana. Memori saya langsung teringat Abah dan Emak di kampung halaman. Lalu diam-diam bertanya dalam hati, selama ini sudah sejauh mana saya menjadikan keduanya sebagai inspirasi hidup ini?

Mungkin perasaan ini pula yang dirasakan Ibook, Ibunya Kirana yaitu seorang anak kecil lucu yang telah menjadi selebgram. Dalam buku terbarunya Happy Little Soul, Ibook menuliskan kalimat ini:
“Untuk Ibuku yang tak kuingat kapan ia pernah marah dan memasang wajah cemberutnya,”

Karena alasan inilah, Ibook pun berupaya mendidik Kirana dengan suasana hati yang gembira. Berusaha tidak marah di hadapan anaknya yang lucu ini. Cara Ibook merawat Kirana inilah yang kemudian menginspirasi banyak orang.
Inspirasi Ibook mendidik Kirana dengan hati yang ceria adalah ibunya
Setiap Ibook mem-posting Kirana, selalu saja mendapat respon yang positif dari penggemarnya di instagram. Ibook, yang mulanya terinspirasi dari orang tuanya, kemudian menularkan inspirasi lain kepada banyak orang. Mungkin, inilah yang disebut energi cinta yang berkesinambungan itu.

Maka akhir-akhir ini, saat di hadapan kita terhampar begitu banyak sosok untuk diidolakan. Namun kita tetap memilih orang tua sebagai keteladanan. Maka sejatinya kita telah berhasil menyambut dengan benar panggilan nurani kita. Orang tua, memang sudah semestinya mendapatkan tempat yang istimewa di hati ini.


Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

5 comments:

  1. Allahummaghfirlahum utk para org tua yang sudah tiada.

    Orang tua, kunci surga yang Allah sediakan

    BalasHapus
  2. makasih mas tulisanya sangat menginspirasi, smoga makin sukses mas.

    BalasHapus
  3. Sukses selalu abang dalam menghasilkan karya yang luarbiasa.

    BalasHapus