Orang Indonesia ini sebenarnya sudah bisa dikatakan manusia Jet Set, begitulah Pak Bondan Winarno memulai
tulisannya dalam serial buku catatan
perjalanannya yang berjudul Jalan Sutra. Buku tersebut telah menjadi referensi
sebagian orang yang ingin berwisata.
Pernyataan Pak Bondan itu bukan tanpa alasan, ia memang
menyaksikan sendiri bagaimana orang Indonesia, khususnya orang-orang yang
berasal dari perdesaan, sering kali ia temukan dalam pesawat baik
penerbangan domestik maupun internasional. Seperti pedagang asal Minang yang
ingin liburan ke Bali, ataupun para TKI yang sangat familiar menggunakan
fasilitas yang ada di pesawat terbang.
Ia mengenal karakteristik orang-orang dari pedesaan ini dari bahasa maupun penampilannya. Menurut Pak
Bondan ini adalah sebuah kemajuan. Pesawat terbang bukanlah sesuatu yang asing
lagi bagi mereka. Meskipun moda transportasi ini, lebih sering dikaitkan untuk orang-orang
dengan status ekonomi menengah ke atas.
Saya sendiri, termasuk golongan orang yang awalnya sangat
asing dengan pesawat. Saya lahir di Desa Durian, Aceh Tamiang. Di mana
setiap pukul 11 siang, desa saya selalu melintas pesawat terbang. Saya ingat
betul rutinitas ini, karena saat itu saya sedang berada di sawah membantu orang
tua.
Bagi Mamak saya, pesawat yang melintas adalah penanda
bahwa hari telah siang. Sementara bagi saya, burung besi itu adalah impian yang
tak tahu kapan bisa menjadi nyata. Seperti anak-anak kampung lain, setiap kali
pesawat terbang melintas saya selalu berteriak-teriak. Memanggil-manggilnya
untuk turun dan mengangkut saya sejenak. Hahah
Seiring berjalannya waktu, impian saya untuk naik pesawat pun
terwujud. Tahun 2007, adalah pengalaman pertama saya naik pesawat. Saat itu usia
saya masih 19 tahun. Pengalaman pertama itu pun menjadi sangat istimewa, karena
saya langsung melakukan penerbangan internasional yaitu menuju negeri jiran,
Malaysia.
Kemudian, seperti kata Pak Bondan. Pesawat bukan lagi
sesuatu yang asing bagi saya. Dulu, saya masih bisa menghitung berapa kali
sudah mengudara. Tapi ketika pesawat telah menjadi kebutuhan karena saya
bekerja di Jakarta, maka saya pun tak ingat lagi jumlah flight-nya.
Perjalanan paling jauh yang pernah saya tempuh dengan pesawat
adalah menuju Lombok. Saat itu saya berangkat dalam ekspedisi mendaki gunung
Rinjani. Perjalanan yang jauh dan waktu yang liburan yang terbatas, menjadi
pertimbangan utama saya sebelum memutuskan harus berangkat dengan transportasi
apa? Ya, saya pun akhirnya memilih untuk naik pesawat terbang.
Secara “kantong”, pesawat memang mahal jika
dibandingkan dengan angkutan lainnya. Tapi hal itu sebenarnya adalah harga yang
pantas, jika kita melihat dari efisiensi waktu perjalanan yang ditawarkan
angkutan udara yang satu ini.
Tapi sekarang, harga pesawat juga tak selamanya mahal. Terkadang,
kita masih bisa terbang dengan harga yang sangat miring. Karena dewasa ini,
banyak maskapai yang menawarkan tiket-tiket promo. Tak terkecuali Maskapai
Garuda Indonesia yang telah mendunia. Kita memang harus rajin-rajin hunting tiket promo jika ingin terbang
dengan harga miring.
Kini, semua orang bisa pergi dengan pesawat. Baik orang
desa maupun kota. Tak ada lagi istilah kaum menengah ke bawah atau atas. Karena
setiap orang berhak terbang kemanapun yang ia suka. Karena kita adalah manusia Jet Set.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 comments:
Posting Komentar