Terobosan Pustaka Unsyiah yang Menjadikannya More Than Just a Library

Seorang Mahasiswi Unsyiah hendak memasuki Pustaka Unsyiah

Suasana lantai II Pustaka Unsyiah mendadak hening saat Duta Besar (Dubes) Korea Selatan untuk Indonesia H.E Taiyoung Cho, bersiap menyanyikan lagu. Sambil memejamkan mata Dubes yang hafal 15 lagu Indonesia itu menyanyikan lagu berjudul “Jangan Salah Menilaiku”.

Suasana pun langsung pecah saat Taiyoung Cho menyanyikan lagu tersebut sepenuh hati bak Tagor Pangaribuan. Pengunjung yang hadir larut dalam suasana. Begitu pula saya, yang tak menyangka Dubes Korsel ini memiliki suara yang merdu. Bahkan Rektor Unsyiah Prof. Dr.Ir. Samsul Rizal M.Eng yang hadir saat itu, terus menepuk lembut tangannya pertanda menikmati lagu tersebut.

Kedatangan Taiyoung Cho hari itu sebenarnya adalah untuk mengisi kuliah tamu di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Setelah acara usai, Rektor Unsyiah pun mengajaknya untuk melihat-lihat Pustaka Unsyiah, sekaligus mendaulatnya untuk mengisi acara Relax and Easy yang rutin dilaksanakan Pustaka Unsyiah setiap hari Rabu.

Bagi sebagian orang bernyanyi di perpustakaan adalah sesuatu yang tak lazim. Apalagi yang melakukannya adalah seorang pejabat negara setingkat Dubes. Tapi inilah Pustaka Unsyiah, yang more than just a library. Sesuatu yang tampaknya tak lazim, justru menjadi terobosan menarik dari perpustakaan yang kualitas layanannya telah tersertifikasi ISO ini.
Pustaka Unsyiah, More Than Just a Library
Acara relax and easy siang itu, hanyalah sebagian kecil dari langkah-langkah inovatif dari PustakaUnsyiah untuk menegaskan identitasnya sebagai more than just a library. Pustaka Unsyiah, tampaknya memang ingin meluruhkan kesan kaku yang jamak dipahami orang terhadap perpustakaan selama ini. Paradigma bahwa perpustakaan adalah tempat yang membosankan, harus dihilangkan dari benak banyak orang.

Maka perlu terobosan yang sedikit anti-mainstream agar orang tertarik untuk mengunjungi perpustakaan. Pengunjung harus dibuat jatuh hati dahulu terhadap tempat ini. Jika mereka telah merasa nyaman, maka gairah membaca akan tumbuh dengan sendirinya.

Sederhananya, perpustakaan harus menjadi tempat paling nyaman dalam keseharian seseorang. Misal, jika tak ada jam kuliah, maka hal yang pertama terlintas di benak seorang mahasiswa adalah mengunjungi perpustakaan. Hanya saja, menanamkan kesadaran seperti ini tidaklah mudah. Perlu waktu dan  proses yang panjang.
Seorang Mahasiswi Unsyiah mencari buku di rak-rak buku.
Maka, semenjak dipimpin oleh Dr. Taufiq Abdul Gani, S.Kom., M.Eng.Sc Pustaka Unsyiah terus berbenah. Langkah pertama yang ditempuh oleh lelaki yang akrab disapa “Pak Topgan” ini dalam membenahi Pustaka Unsyiah adalah, meningkatkan kualitas pelayanan.Saya sepakat. Sebab pelayanan yang berkualitas adalah kunci kesuksesan sebuah lembaga seperti Pustaka Unsyiah.  

Untuk itulah, Pak Topgan pun meng-upgrade habis-habisan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di PustakaUnsyiah. Misalnya para Pustakawan yang selama ini statusnya tak ubahnya hanya sebagai penjaga buku. Kini mereka mendapatkan peran yang lebih baik, yaitu menjadi partner bagi mahasiswa ataupun dosen dalam penelitiannya. Tak ada lagi sekat yang membatasi keduanya. Namun yang terjadi adalah hubungan harmonis dan saling mendukung.

Menurut saya, konsep layanan dengan mindset seperti ini merupakan langkah yang bijak. Hal inilah yang memang semestinya diluruskan terlebih dahulu, yaitu bagaimana SDM PustakaUnsyiah memiliki pemahaman yang baik dalam melayani pengunjungnya. 

Selanjutnya, untuk menarik hati orang terhadap perpustakaan. Maka Pustaka Unsyiah telah menyiapkan program-program yang cukup inovatif. Saya tertarik dengan salah satu inovasi Pustaka Unsyiah yang berupa layanan publik portal aplikasi.

Melalui portal ini, mahasiswa bisa memperoleh jurnal-jurnal ilmiah internasional secara gratis yang dapat diperoleh melalui 12 aplikasi. Seperti Online Public Access Catalog (OPAC), Electronic Theses and Dissertations (ETD), Open Educational Resource (OER), e-journal, e-reference, e-repository, Unsyiah Union Catalog (UUC), Springerlink, ebrary, ProQuest, EBSCO HOST, dan INFOTRAC.

Semua aplikasi ini dapat diakses hanya dengan mengunjungi satu situs yaitu http://uilis.unsyiah.ac.id. Saya pikir, inovasi seperti inilah yang turut berperan menjadikan Unsyiah sebagai salah satu kampus dengan publikasi karya ilmiah internasional terbanyak di Indonesia. Kemudahan para peneliti untuk mengakses jurnal ilmiah, membuat mereka semakin bergairah untuk menuntaskan risetnya.

Suasana Pustaka Unsyiah pun dibuat senyaman mungkin. Interiornya ditata kembali sehingga suasananya tampak lebih fresh. Para pengunjung bisa membaca buku di tempat duduk yang nyaman. Ruang-ruang khusus pun disediakan jika ada pengunjung yang ingin duduk lesehan. Selain itu, tentu saja fasilitas wifi yang lumayan kencang. Semua fasilitas ini sengaja dibuat agar pengunjung merasa nyaman berada di Pustaka Unsyiah.
Suasana Pustaka Unsyiah. Adem ya...
Selain kemudahan mengakses informasi dan fasilitas yang nyaman. Pustaka Unsyiah juga melakukan beberapa terobosan yang cukup unik. Seperti memperbolehkan pengunjungnya untuk membawa tas ke dalam ruang perpustakaan. Bahkan, mereka juga boleh membawa makanan serta minuman. Bagi sebagian orang, hal seperti ini memang tampaknya tak lazim. Tapi saya yakin, ada cara pandang lain yang mendorong Pustaka Unsyiah “melegalkan” semua itu.

Sepintas memang terkesan ganjil. Tapi sebenarnya terobosan seperti ini justru menunjukkan kepercayaan Pustaka Unsyiah terhadap pengunjungnya. Ini merupakan pendekatan yang cukup efektif, sehingga mereka merasa nyaman untuk berkunjung ke perpustakaan. Apalagi para pengunjung juga diberikan kebebasan untuk meminjam buku melalui layanan self service yaitu melalui Mesin Peminjaman Mandiri.

Untuk semakin mendekatkan pengunjungnya, Pustaka Unsyiah pun tanpa ragu mendirikan Libri Cafe. Sebuah warung kopi dengan konsep kekinian. Cita rasa kopinya pun enak. Kalau kita ingin suasana yang nyaman untuk membaca buku sambil menikmati secangkir Kopi Arabica, saya kira Libri Cafe ini bisa menjadi pilihan.

Libri Cafe, Sebuah Cafe dengan konsep kekinian. Kopinya juga enak.

Begitulah, kerja-kerja inovatif Pustaka Unsyiah ini pun akhirnya membuahkan hasil. Beberapa perestasi besar berhasil diraih Perpustakaan Jantong Hatee Rakyat Aceh ini. Seperti pada tahun 2013, Pustaka Unsyiah berhasil meraih akreditasi A dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Lalu mendapatkan sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada tahun 2015.

Maka tak salah, kalau salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Unsyiah ini menjadi ujung tombak Unsyiah saat sukses meraih akreditasi A. Sebagai alumni Unsyiah tentu saja saya turut berbangga. Sebab Pustaka Unsyiah telah bertransformasi menjadi lebih baik. Kehadirannya tak sekadar sebagai pusat referensi serta literasi. Tapi juga berkontribusi nyata untuk meraih akreditasi Unsyiah dari yang awalnya C langsung menjadi A.
Para pengunjung Pustaka Unsyiah yang tampak serius
Ya. Inilah Pustaka Unsyiah, yang more than just a library. Sebuah tempat yang tak sekadar menjadi bagian dari proses birokratif di lingkungan kampus, tapi juga menjadi laboratorium unit akademik. Setiap kali mengunjungi Pustaka Unsyiah, memang ada kesan tersendiri yang serasa unik. Saya sendiri merasakan itu.

Oleh sebab itu, jangan tergesa-gesa memberikan penilaian keliru dari setiap terobosan Pustaka Unsyiah yang tampaknya tak lazim itu. Semua terobosan ini tentu saja telah melewati sebuah pertimbangan yang matang, dengan maksud serta tujuan yang jelas.

Maka cerita Pustaka Unsyiah ini, tak ubahnya lagu yang dinyanyikan Dubes Korsel pada siang hari itu, sebuah lagu yang kemudian membuat pengunjung takjub, “Jangan Salah Menilaiku”.

*Tulisan ini diikut sertakan dalam Lomba Blog Unsyiah Library Fiesta 2017, dengan Tema "More Than Just a Library"




*Referensi: - http://library.unsyiah.ac.id/
                   -  Majalah Warta Unsyiah

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

8 comments:

  1. Etto... aku bener2 penasaran banget pngen mengunjungi perpustakaan ini ... hheee

    BalasHapus
  2. Wow, berasa bukan di Unsyiah lho Ibnu!

    BalasHapus
  3. No where to cut. Meunan ukuran jih untuk Pustaka Unsyiah

    BalasHapus
  4. Para pekerja, petinggi, dan staf lainnya memang sangat kompak, sehingga mereka bekerja dengan mudah yang mengantarkan Pustaka Unsyiah More Than Just a Library. Yel juga pernah datang ke acara relax and easy, saat itu Pak Topgan menyanyikan sebuah lagu, lupanya judulnya apa. Pkoknya mantap banget deh.

    BalasHapus